SOAP ASKEB PATOLOGI : Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Preeklamsi Berat

Hari/tanggal : Rabu/8 Juli 2015

Pukul 21.00 WIB

Tempat : IGD RSUDZA

Subjective :

Ny. M berusia 28 tahun datang ke IGD RSUDZA Bersama keluarganya, rujukan dari dr. SPOG dengan preeklamsia erat. Ibu mengeluh pusing dan tekanan darahnya selalu tinggi ketika hamil. Ibu mengatakan ini adalah kehamilannya yang kedua dengan riwayat kematian janin dalam Rahim pada 1 tahun yang lalu, dan ibu belum pernah mengalami keguguran. Ibu mengatakan usia kehamilannya sekarang baru memasuki usia 7 bulan dan ibu merasakan gerakan janinnya aktif. Hari pertama haid terakhir ibu adalah tanggal 7 November 2014.

Objective:

1. Keadaan umum : baik

2. Kesadaran : composmentis

3. Ttp : 14 Agustus 2015

4. TTV :

a. Tekanan darah : 150/100 mmHg

b. Nadi : 102 x/m

c. Pernafasan : 21 x/m

d. Temperatur : 36,5oc

5. Pemeriksaan fisik :

a. Konjungtiva : tidak pucat

b. Sclera: tidak ada ikterik

c. Tidak terdapat oedema

6. Pemeriksaan Leopold:

a. Leopold 1 : pertengahan pusat dan px

b. Leopold 2 : PUKA

c. Leoplod 3 : Kepala

d. Leopold 4 : Konvergen

7. TFU : 30 cm

8. TBBJ : 2790 gram

9. DJJ : 145 x/m

10. Pemeriksaan Lab:

a. Glukosa darah : 112 mg/dL

b. HB : 9,8 g/dL

c. Trombosit : 150.000 uL

d. Leukosit : 12.000 mm3

e. Hematokrit : 33%

f. Protein Urite : +3

 

Assesment:

Ibu G2P1A0 Usia kehamilan 33-34 minggu dengan preeklamsia berat. Keadaan umum ibu dan janin baik.

Planning :

1. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan

2. Mengobservasi tanda-tanda vital, kontraksi, DJJ, dan perdarahan

3. Melakukan pemeriksaan protein urine

4. Berkolaborasi dengan dr SPOG dan menjalani intruksi:

a. Memasang infuse RL 500 cc

b. Mengambil darah untuk pemeriksaan lab

c. Melakukan tatalaksana Preeklamsi Berat :

  • Bolus 4 gr MgSO4 40% secara perlahan
  • Memasukkan 6 gr MgSO4 ke dalam cairan 500 cc RL yang dihabiskan dalam waktu 6 jam
  • Nifedipin 4×10 mg

5. Menganjurkan ibu agar bersitirahat yang cukup

6. Memberikan konseling tentang gizi

7. Memberikan dukungan kepada ibu dan keluarga agar tidak cemas

8. Pukul 21.30 WIB membawa ibu ke ruang rawat bersalin untuk dilakukan tindakan selanjutnya

Suntik Vit. C? Bahayakah?

1493306385125

Di negeri kita, belakangan ini banyak orang yang keranjingan suntik vitamin C. Mulai dari Ibu-ibu, remaja, sampai Om-Om dan Bapak-Bapak juga ada yang suntik vitamin C. Sebenarnya amankah suntik vitamin C?

Pertama-tama, apakah Anda tahu berapa miligram Anda disuntik Vitamin C?

Apakah Anda tahu berapa kebutuhan normal vitamin C per hari yang diperlukan oleh tubuh kita?
Nah, seperti yang kita tahu, selama ini beredar banyak dipasaran beragam suplemen vitamin C. Bahkan, kadarnya pun bermacam-macam, mulai dari 10 mg hingga 1000 mg.

Padahal, kecukupan gizi vitamin C per hari bagi orang dewasa yang hidup tenang, tidak stress, atau tidak dalam kondisi yang sakit adalah 60-75 mg per hari. Sedangkan untuk yang tinggal di kota besar yang penuh polusi seperti Jakarta, dosis 500 mg dapat diterima.

Yang perlu diperhatikan disini adalah, dosis di atas diberikan secara oral. Artinya, Anda mengkonsumsi vitamin C lewat mulut, bukan disuntikkan (injeksi).

Apa sih bedanya pemberian suatu obat secara oral dan injeksi? Obat yang diberikan secara oral akan lebih susah diserap oleh tubuh dibandingkan obat yang diberikan secara injeksi.

Sebab, obat yang diberikan secara oral akan melalui berbagai hambatan sebelum masuk ke peredaran darah. Hambatan tersebut meliputi pH asam yang ada di Lambung (pH 1-3), pH asam yang ada di usus bagian atas (pH 3-6), laju pengosongan lambung (kalau lambung makin cepat dikosongkan maka isi lambung makin cepat mengalir ke usus sehingga obat akan bisa diserap lebih lama di usus).

Pemberian obat secara oral lebih disukai karena lebih aman. Sebab, dengan diberikan secara oral maka obat lebih lama untuk bisa mencapai peredaran darah. Selain itu, dengan berbagai macam hambatan dalam absorbsi obat lewat oral, akan menurunkan resiko efek samping.

Sebaliknya, jika obat diberiksan secara injeksi, maka obat akan masuk peredaran darah dengan pola absorbsi yang cepat (subkutan dan intramuskular), bahkan mungkin tanpa melalui proses absorbsi sama sekali (intravena). Dengan demikian, maka obat yang diberikan secara injeksi akan meningkatkan resiko efek samping.

Baiklah, kita masuk ke tahap ‘indikasi’. Jadi, untuk memberikan suntikan apapun diperlukan indikasi yang jelas. Sama seperti suntik vitamin C. Kalau tidak ada indikasi, ya harusnya tidak boleh disuntik vitamin C.

Berikut ini adalah indikasi suntik Vitamin C dari hasil penelitian Sebastian D. Pajayatti et.al (2010) :
1. Kelelahan
2. Kanker Payudara
3. Infeksi Virus
4. Lyme Disease
5. Kanker Usus Besar
6. Influenza
7. Sakit kuning
8. Kanker Prostat
9. Fibromyalgia (gejalanya : lelah dan otot terasa pegal, nyeri)
10. Limfoma
11. Kanker Ovarium
12. Kanker Paru-Paru
13. Infeksi Salutan Pernafasan Atas
14. Detox
15. Masuk angin, gejala gejala seperti flu
16. Terapi kelasi besi, biasanya untuk pasien thalassemia yang sering mendapatkan transfusi darah
17. Infeksi virus epstein barr

Nah, dari 17 indikasi untuk suntik vitamin C di atas, tidak ada sama sekali indikasi untuk suntik vitamin C karena alasan : “Ingin memutihkan kulit”. Padahal, kebanyakan orang keranjingan belakangan ini ingin suntik Vitamin C demi meutihkan kulit.

Dari indikasi saja, artinya suntik vitamin C untuk meutihkan kulit sebenarnya sangat salah. Sekarang mari kita amati dari segi efek samping. Apa efek samping dari suntik vitamin C.

Efek samping yang bisa didapatkan dari suntik vitamin C ini meliputi :
1. Lesu/Kelelahan
2. Iritasi pembulah darah vena lokal
3. Peradangan pembuluh darah vena
4. Batu ginjal
5. Rusaknya membran sel darah merah dini
6. Gula darah tinggi
7. Kram otot
8. Sakit kepala
9. Perubahan Status Mental
10. Mual/muntah
11. Kumpulan gejala-gejala yang menyerupai Flu
12. Gagal ginjal
13. Pingsan
14. Sakit pada tumor

Jadi, amankah suntik vitamin C?
Kesimpulannya, tergantung indikasi. Kalau memang Anda ingin suntik vitamin C dengan indikasi yang benar seperti salah satu indikasi di atas, ya sah sah aja Anda untuk disuntik. Sebab, dengan adanya indikasi, itu berarti suntik vitamin C akan membawa lebih banyak dampak positif daripada dampak negatif untuk kesehatan Anda.

Berbeda halnya jika Anda ingin suntik vitamin C untuk memutihkan kulit. Itu bukan indikasi yang tepat. Hal tersebut akan menimbulkan dampak negatif yang lebih banyak daripada dampak positif yang akan terima.

Oleh : dr. Ahmad Fachrurrozi | Dokter Internsip RSUD Kab.Bengkayang, Kalimantan Barat | Alumni Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin | Blog Pribadi : http://www.doktermudabercerita.blogspot.com

Sumber :
1. Ari Y, Bambang S, Eko S. Peran Radikal Bebas Pada Intoksikasi dan Patobiologi Penyakit. Banjarmasin : Pustaka Banua, 2009.
2. Joel GH, Lee EL. Dasar Farmakologi Terapi. Jakarta : EGC, 2008.
3. Sebastian JP, Andrew YS, Qi C, et al. Vitamin C: Intravenous Use by Complementary and Alternative Medicine Practitioners and Adverse Effects. Plos One 2010; 5:1-8.

Prinsip Merencanakan Jenis Kelamin Anak

hubungan-suami-istri-ilustrasi-_130127142646-723.jpg

Masih dengan tema yang sama pada judul artikel sebelumnya Memilih Jenis Kelamin Bayi dengan Metode Alamiah Shettles. Ada beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam menentukan jenis kelamin anak.

Menentukan jenis kelamin anak dapat dilakukan pasangan sebelum pembuahan terjadi, bukan sebaliknya. Perhatikan masa atau waktu subur anda terjadi. Anda bisa mencatat hari pertama haid anda terjadi selama beberapa bulan pernikahan. Perkiraan siklus haid seorang perempuan adalah 28-40 hari.

Umumnya, siklus haid terjadi 28 hari. Misalnya, hari pertama haid terjadi tanggal 1, berarti haid berikutnya akan terjadi pada tanggal 28. Masa subur terjadi pada hari ke 14 sebelum menstruasi berikutnya terjadi. Berbekal kemampuan sperma yang bisa bertahan selama 1-2 hari setelah ovulasi, maka jika pembuahan terjadi 1-3 hari sebelum hari ke 14, kehamilan masih dapat terjadi.

Jenis kelamin anak dapat direncanakan dengan cara melakukan senggama sebelum atau tepat pada saat masa subur anda terjadi. Secara teori, hal ini terjadi karena sperma X (pembawa sifat perempuan) dan Sperma Y (pembawa sifat laki-laki) yang mempunyai karakteristik berbeda dapat dikondisikan untuk berada dalam lingkungan basa atau asam. Sel sperma dengan kromosom X memiliki kemampuan berenang lebih lambat namun lebih asam, sebaliknya sel sperma dengan kromosom Y memiliki karakteristik berenang lebih cepat namun tidak tahan asam.

Pengondisian tersebut akan menentukan jenis kelamin seperti yang diinginkan. Meskipun demikian, sebagai makhluk Tuhan kita tidak akan tahu rencana Tuhan, semuanya kembali pada rencana indah-Nya.

Sel Telur dan Sperma

sel-sperma-dan-telurSaat bertemunya sel telur dan sperma yang terjadi sebelum masa ovulasi memiliki kesempatan lebih besar untuk memiliki bayi dengan jenis kelamin perempuan.

Sedangkan pertemuan sel telur dan sperma pada masa ovulasi besar kemungkinan calon bayi yang dihasilkan adalah laki-laki.

 

Menu Makanan Ibu dan Ayahmakanan-tinggi-kalsium

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, dikatakan bahwa ibu yang mengonsumsi asupan nutrisi rendah garam dan tinggi kalsum dapat meningkatkan potensi jenis kelamin bayi perempuan. Misalnya susu, susu kedelai, brokoli, sawi hijau, sayur bayam, tempe, telur, dsb.

Sebaliknya, untuk memperbesar kesempatan mendapatkan jenis kelamin laki-laki, ayah disarankan mengkonsumsi makanan tinggi protein hewani, seperti daging sapi rendah lemak, ikan, ayam, susu, dan telur.

PRAKTIK MERENCANAKAN BAYI PEREMPUAN

asam-cuka
Asam cuka dapat membantu merencanakan bayi berjenis kelamin perempuan
  1. Lakukan hubungan seksual (senggama) dua atau tiga hari sebelum masa ovulasi (masa subur)
  2. Sebelum bersenggama, semprotkan 1 1/4 liter atau 1,250 cc air yang didalamnya telat diberikan dua sendok makan cuka (asam cuka). Ukuran diharapkan tepat dua sendok dan tepat 1,250 cc karena derajat keasaman (atau pH) yang berubah sedikit membuat suasana akan berubah juga, misalnya semakin asam atau justru ke arah basa. Ketika ketidak tepatan ukuran basa menyebabkan sperma mati. Keasaman berlebihan bisa juga membuat vagina lecet dan terasa perih
  3. Kemudian cairan tersebut dipakai untuk membilas vagina. Tidak perlu masuk semua, tetapi dengan sedikit mengarahkan cairan agar sebagian masuk vagina
  4. lingkungan vagina bersuasana asam diharapkan dapat mematikan sperma Y sehingga sperma X selamat sampai tujuan. Volume sperma X yang banyak dapat meningkatkan kemungkinan mendapatkan anak perempuan
  5. Sebaiknya istri dihindarkan dari orgasme, karena akan memperbanyak mengalirkan cairan alkali yang bersifat basa dan hal ini melemahkan lingkungan asam dan mempertinggi kesempatan Y untuk menang
  6. Dalam melakukan senggama, usahakan posisi suami di atas istri. Posisi ini memberi kesempatan sperma langsung masuk ke leher rahim lebih kecil. Kondisi ini menguntungkan sperma kromosom X
  7. Disarankan, penetrasi atau pemasukan penis sedangkal mungkin dengan mengangkat penis ke ujung vagina saat akan ejakulasi

1a75285c2963e50c7b0b1714886447b8.jpg

PRAKTIK MERENCANAKAN BAYI LAKI-LAKI

  1. Senggama harus dilakukan tepat sebelum saat ovulasi (masa subur)
  2. Sebelum senggama, semprotkan larutan yang berisi 1 1/4 liter atau 1,250 cc air dicampur dengan dua sendok makan soda kue (baking soda) ke vagina. Diamkan larutan selama 15 menit agar soda benar-benar larut. Seperti sudah disebutkan, kromosom X bersifat lebih tahan asam, sedangkan kromosom Y bersifat kurang tahan asam serta jalannya lebih cepat. Pembilasan vagia dengan larutan garam soda (bersifat basa) bertujuan menaikkan pH vagina sehingga sperma Y lebih terjamin hidupnya dan bisa melewati liang vagina menuju rahim untuk membuahi sel telur
  3. Waktu orgasme diusahakan menyamanakn waktunya dengan istri atau biaskan istri lebih dulu mengalami orgasme
  4. Penis diusahakan masuk mendekati bagian belakang vagina agar sperma langsung masuk ke dalam mulut rahim. karena di dalam rahim mengandung cairan alkali yang lebih tinggi. Ini yang paling disenangi oleh endosperma (sperma pria)
  5. Pemasukan penis pada saat orgasme diusakan sedalam mungkin untuk mendekatkan sperma ke leher rahim.

Meskipun demikian, seluruh kondisi tersebut masih bersifat hipotesis dan teoritis, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikannya. Namun, tidak ada salahnya untuk mencoba. Silahkan mencoba 🙂


Sekian, semoga bermanfaat..

Memilih Jenis Kelamin Bayi dengan Metode Alamiah Shettles

Memilih jenis kelamin bayi bukanlah hal 100 persen yang akan mutlak didapatkan. Namun dengan menggunakan metode kesehatan tentang memilih jenis kelamin bayi, bertujuan untuk memperbesar peluang dan kemungkinan mendapatkan bayi dengan memilih jenis kelamin yang diinginkan.

image-1Metode Shettles merupakan metode alami yang sangat mudah dilakukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memilih jenis kelamin bayi.

Bagi pasangan yang ingin memilih jenis kelamin anak, metode Shetles patut dicoba. Metode Shettles dikembangkan oleh Dr. Landrum Shettles dan David Rorvik, pengarang buku How to Choose The Sex of Your Baby. Metode ini paling banyak digunakan dan menurut penilaian banyak pihak paling efektif.

Selama 25 tahun terakhir, ribuan pasangan telah memilih metode ini dan banyak yang mengklaim keberhasilannya di atas 50%. Inti metode ini berkenaan dengan kromosom. Kromosom Y untuk calon bayi laki-laki bergerak lebih cepat tetapi tidak bertahan lama. kenyataan ini sangat berguna untuk mengakali kapan harus bersenggama sehingga jenis kelamin calon bayi yang diinginkan bisa didapat.

Menurut Sheattles, sperma pembawa calon bayi laki-laki (kromosom Y) lebih kecil dan lebih lincah dan sperma pembawa calon bayi perempuan(kromosom X) lebih besar dan lebih lambat. Jadi kuncinya sekali lagi pada sperma. Apakah calon bayi perempuan atau laki-laki yang lahir, ditentukan oleh sperma mana yang berhasil membuahi telur si ibu.

Untuk itu, metode Shettles ini sangat mementingkan hubungan antara sanggama dan ovulasi. Maksudnya, waktu berhubungan intim harus diatur agar pas dengan masa ovulasi. Bukan berarti sanggama hanya dilakukan saat ovulasi, tetapi daya tahan sperma harus diperhitungkan jika hendak bersenggama, agar pas dengan ovulasi.

Berdasarkan ciri-ciri sperma pembuat calon bayi laki-laki dan perempuan di atas, jika pasangan suami istri ingin bayi laki-laki harus mengusakan senggama dilakukan sedekat mungkin dengan ovulasi. Alasannya, sperma membawa kromosom Y tidak tahan lama (cepat mati). Jadi, semakin dekat masa ovulasi, maka semakin baik, karena sperma tersebut masih hidup dan membuahi.

Sebaliknya, jika ingin bayi perempuan, senggama harus dilakukan pada beberapa hari sebelum ovulasi dan setelah itu berhenti. Jangan berhubungan menjelang ovulasi, apalagi saat ovulasi. Untuk mendapatkan calon bayi perempuan Shettles menganjurkan senggama dilakukan 2,5 hingga 4 hari sebelum ovulasi. Dengan jarak waktu yang cukup lama seperti itu, sperma pembawa kromosom X masih hidup dan masih bisa membuahi, sementara Y sudah keburu mati dan tidak akan ikut persaingan.

Karena itu, yang terpenting dalam metode ini, mengetahui masa ovulasi, dan hal ini bisa dilakukan dengan alat media tes air liur.


Sekian dan semoga bermanfaat.. 🙂

Kumpulan Gambar Kebidanan 2 (Keluarga Berencana/KB)

Berikut adalah kumpulan gambar-gambar kebidanan tentang alat-alat kontrasepsi dan keluarga berencana (KB) yang dapat dijadikan referensi media promosi kesehatan, power point, dsb.

2
Pastikan menggunakan kondom setiap bersenggama
3
Keluarga berencana

.

1
Kondom

 

5
jika kondom robek, pertimbangkan kontrasepsi darurat sesegera mungkin
6
jangan memakai pelicin berbahan dasar minyak. Minyak memiliki dampak yang negatif apabila langsung digunakan pada organ intim
akbk
AKBK (Alat Kontrasepsi bawah kulit)
implan
Proses pemasangan KB implan
alat-kontrasepsi-spiral
Alat Kontrasepsi Spiral/IUD
alat-kontrasepsi-dalam-rahim
Bentuk AKBK/IUD di dalam rahim
cyclofem
Cyclofem, salah satu jenis obat untuk KB suntik
diagfragma
Diafragma; diaphragm; cervical cap, jenis kb seperti kondom, tetapi digunakan pada wanita
genre
salam GenRe, katakan tidak untuk seks bebas, narkoba dan HIV/AIDS
kb
keluarga berencana merupakan salah satu proses pembentuk keluarga sejahtera
kb2
KB=Keluarga Sejahtera
kb3
KB=Inshaa Allah barokah

kb6

kontap
Kontrasepsi mantap/sterilisasi bagi wanita
kontap-4
kontrasepsi mantap bagi pria
pil-kb-2
pil kb laktasi/pil kb bagi ibu yang menyusui
pil-kb-3
bentuk dari pil kb
sist-kalemder
metode kalender

CARA MENGGUNAKAN KB KONDOM:

step1
1. Buka bungkus dengan hati: pakai kondom baru setiap kali berhubungan
step2
2. Letakkan kondom di ujung penis dengan cincin menghadap luar dari tubuh : Pakai kondom sebelum penis menyentuh vagina, Jika tidak di sunat tarik kulit ke belakang
step3
3. Pasang kondom sampai ke pangkal penis : jika kondom sulit di pasang, mungkin terbalik atau kondom yang lama, bisa di tambah dengan pelicin yang berbahan dasar air bukan minyak
step4
4. setekah ejakulasi, tahan cincin kondom agar tidak terlepas, lalu tarik penis dari vagina ketika masih ereksi.
step5
5. buang kondom bekas dengan benar, buang ke tempat sampah atau toilet agar tidak ditemukan anak-anak

 

 

Sekian, semoga bermanfaat…

Kumpulan Gambar Kebidanan

Berikut adalah gambar-gambar kebidanan yang bisa digunakan sebagai media promosi kesehatan, power point, dsb..

2
TEKNIK SADARI
afd-94347
PASUTRI ; IBU HAMIL
anak-eksklusif
Anak ASI Eksklusif
65
Pemeriksaan Kesehatan, Bidan
asi-eksklusif
ASI EKSKLUSIF
birth-plan
Birth Plan : Rencana Persalinan, Ibu hamil
breast
Ibu menyusui, breast
bumil-2
Senam hamil, Ibu Hamil
bumil-dan-asam-folat
Asam folat+ibu hamil
cover-kia
Buku KIA, Buku Kesehatan Ibu dan Anak
dismenore
Dismenorre, nyeri haid
download
Rumah Sakit, Fasilitas Kesehatan
fasilitas-kesehatan
Puskesmas, Rumah Sakit, Fasilitas Kesehatan
fe
Bidan, Ibu Hamil, Tablet Fe
gambar
Pasutri, PUS, Ibu hamil
haid-saat-hamil
perdarahan kehamilan, haid saat hamil
hiperemisis
Hiperemisis kehamilan
hypnobirthing-2
hypnobirthing, ibu hamil hijab
ibu-hamil-1
Hypnobithing, ibu hamil
ibu-hamil-sehat
Ibu hamil sehat, life style
ibu-hamil-kartun
Ibu hamil muslimah
images-1
USG, kehamilan
images-2
Parenting, ibu hamil
images-4
fetus, normal fetus
images-9
beauty mom, kehamilan
images-10
bad mom, virus torch, ibu hamil
images-11
suami siaga, ibu hamil, KIA
images-12
Ketidaknyamanan pada ibu hamil
kartun-bumil
counseling, konselor, bidan dan ibu hamil
kehamilan
Ibu hamil muslimah
ketidaknyamanan-selama-kehamilan
Ketidaknyamanan ibu hamil, hiperemisis
stres-saat-hamil
ketidakanyamanan pada ibu hamil
mom-n-baby
Ibu dan bayi
perawat
halo bidan

SOAP ASKEB PATOLOGI : Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Letak Lintang

 

Tanggal : 1 Juni 2015
Tempat : Poli Kebidanan RSUDZA

Subjective       : Ibu khairani (38 tahun) datang ke Poli Kebidanan RSUDZA bersama suaminya untuk memeriksakan kehamilannya. Ibu mengatakan bahwa ini adalah kehamilannya yang ketiga dan ibu belum perah mengalami keguguran sebelumnya. Ibu mengeluh gerakan janin berkurang dan nyeri perut. Hari pertama haid terakhir ibu adalah tanggal 23 Desember 2014

Objective         :

1.Keadaan umum : baik

2. TTP : 30 September 2015

3. TTV

  • Tekanan darah : 100/70 mmhg
  • Nadi : 83 x/m
  • Pernafasan : 19 x/m
  • Temperatur : 36,8oC

4. Berat badan : 74 kg

5. Palpasi

  • Leopold 1 : 21 cm
  • Leopold 2 : punggung kanan : bokong (bulat, lunak, tidak melenting)

punggung kiri : kepala (keras, bulat, melenting)

  • Leopold 3 : –
  • Leopold 4 : –

6. DJJ : 143 x/m

7. Hasil USG

  • BPD : 81,9
  • AC : 230
  • FL : 55,6
  • ICA : 9
  • Placenta : corpus
  • TBJ : 1485

 

Assesment        : G1P0A0 usia kehamilan 22-23 minggu dengan letak lintang.

Keadaan umum ibu dan janin baik

Planning :

  1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa kehamilan ibu mengalami letak lintang
  2. Memberikan motivasi dan semangat kepada ibu untuk melakukan beberapa usaha untuk membuat letak janinnya normal, meskipun kemungkinan berhasilnya kurang dari 6%
  3. Menganjurkan ibu untuk melakukan posisi bersujud (knee chest position) dengan posisi perut seakan-akan menggantung ke bawah, cara ini dilakukan setiap hari sebanyak 2 kali, misal pagi dan sore, masing-masing 10 menit
  4. Menganjurkan ibu untuk mengonsumsi makanan yang bergizi serta banyak mengonsumsi buah dan sayuran
  5. Menganjurkan kepada ibu untuk beristirahat yang cukup, yaitu 2 jam pada siang hari dan 8 jam pada malam hari
  6. Menganjurkan ibu untuk banyak emngonsumsi air putih, yaitu minimal 8 gelas per hari
  7. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya dalam kehamilan
  8. Menganjurkan ibu untuk melakukan persiapan persalinan serta persiapan jika timbul komplikasi
  9. Menganjurkan ibu untu melakukan kunjungan ulang 2 minggu lagi atau jika ada keluahan
  10. Ibu mengerti dan bersedia melakukan anjuran yang diberikan
  11. Melakukan pendokumentasian hasil tindakan

 

MAKALAH PERUBAHAN PSIKOLOGI PADA MASA NIFAS

BAB I
PENDAHULUAN

  1. LATAR BELAKANG

Masa nifas adalah masa setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Dalam masa nifas ada adaptasi psikologis yang  terjadi pada ibu  seperti pergantian peran seorang wanita menjadi seorang ibu.

 Kondisi psikologis yang tidak nyaman pada perempuan pasca persalinan disebut depresi postpartum seperti sedih, menangis, cepat tersinggung, dan cemas. Gejala ini akan muncul setelah persalinan bahkan dapat berkembang menjadi lebih berat. Hal tersebut merupakan penyakit yang  sangat serius dan semua gejala depresi postaprtum dialami oleh mereka yang menderita postpartum psikoksis serta bisa sampai melukai diri sendiri, bahkan membunuh anak-anaknya. Untuk itu, orang tua perlu mempunyai keterampilan  dalam merawat bayi mereka, yang meliputi kegiatan-kegiatan pengasuhan, mengamati tanda-tanda komunikasi yang diberikan bayi untuk memenuhi kebutuhannya serta bereaksi secara cepat dan tepat terhadap tanda-tanda bahaya dari depresi post partum.

Wanita yang kurang mendapatkan dukungan sosial tentunya akan lebih mudah merasa dirinya tidak berharga dan kurang diperhatikan oleh keluarga, sehingga wanita yang kurang mendapatkan dukungan sosial pada masa postpartum lebih mudah mengalami depresi.

Bagi keluarga terutama suami dan lingkungan sekitarnya, hasil penelitian menunjukkan dukungan sosial berkategori sangat tinggi sehingga perlu dipertahankan pada masa yang akan datang karena dukungan sosial yang tinggi telah menekan angka depresi postpartum pada ibu primipara.

Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kecenderungan depresi postpartum pada ibu primipara antara lain: faktor konstitusional, faktor fisik, faktor psikologis ataupun faktor psikososial lainnya

  1. TUJUAN
  • Tujuan Umum

Agar mahasiswa mengetahui tentang perubahan psikologis pada masa nifas dan memahami masa transisi ibu nifas

  • Tujuan Khusus
  • Agar mahasiswa mengetahui perubahan yang terjadi pada masa nifas
  • Agar mahasiswa memahami masa transisi pada ibu nifas
  • Agar mahasiswa mampu menjelaskan perubahan yang terjadi di masa nifas

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Masa nifas (Puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama kira-kira 6 minggu, atau masa nifas adalah masa yang dimulai dari beberapa jam setelah lahir plasenta sampai 6 minggu berikutnya.

Periode masa nifas merupakan waktu d mana ibu mengalami stres pascapersalinan, terutama pada ibu primipara.

B. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala yang mungkin diperlihatkan pada penderita depresi postpartum adalah sebagai berikut

  1. Perasaan kecewa dan sedih
  2. Sering menangis
  3. Merasa gelisah dan cemas
  4. Kehilangan ketertarikan terhadap hal-hal yang menyenangkan
  5. Nafsu makan menurun
  6. Kehilangan energi dan motivasi untuk melakukan sesuatu
  7. Tidak bisa tidur (insomnia)
  8. Perasaan bersalah dan putus harapan (hopeles)
  9. Penurunan atau peningkatan berat badan yang tidak dapat

                dijelaskan

  1. Memperlihatkan penurunan keinginan untuk mengurus bayinya

Walaupun banyak wanita mengalami depresi postpartum segera setelah melahirkan, namun beberapa wanita tidak merasakan tanda depresi sampai beberapa minggu atau beberapa bulan kemudian. Depresi dapat saja terjadi dalam kurun waktu enak bulan berikutnya. Depresi postpartum mungkin saja berkembang menjadi postpartum psikosis, walaupun jarang terjadi. Hal tersebut merupakan penyakit yang  sangat serius dan semua gejala depresi postaprtum dialami oleh mereka yang menderita postpartum psikoksis serta bisa sampai melukai diri sendiri, bahkan membunuh anak-anaknya.

C. KONSEP DASAR PERUBAHAN PSIKOLOGI PADA MASA NIFAS

  1. Perubahan Peran

Terjadinya perubahan peran, yaitu menjadi orang tua setelah kelahiran anak. Sebenarnya suami dan istri sudah mengalami perubahan peran mereka sejak masa kehamilan. Perubahan peran ini semakin meningkat setelah kelahiran anak.

Contoh, bentuk perawatan dan asuhan sudah mulai diberikan oleh si ibu kepada bayinya saat masih berada dalam kandungan adalah dengan cara memelihara kesehatannya selama masih hamil, memperhatikan makanan dengan gizi yang baik, cukup istirahat, berolah raga, dan sebagainya.

Selanjutnya, dalam periode postpartum atau masa nifas muncul tugas dan tanggung jawab baru, disertai dengan perubahan-perubahan perilaku. Perubahan tingkah laku ini akan terus berkembang dan selalu mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan waktu cenderung mengikuti suatu arah yang bisa diramalkan.

Pada awalnya, orang tua belajar mengenal bayinya dan sebaliknya bayi belajar mengenal orang tuanya lewat suara, bau badan dan sebagainya. Orang tua juga belajar mengenal kebutuhan-kebutuhan bayinya akan kasih sayang, perhatian, makanan, sosialisasi dan perlindungan.

Periode berikutnya adalah proses menyatunya bayi dengan keluarga sebagai satu kesatuan/unit keluarga. Masa konsolidasi ini menyangkut peran negosiasi (suami-istri, ayah-ibu, orang tua-anak, anak dan anak).

  1. Peran menjadi Orangtua setelah Melahirkan

Selama periode postpartum, tugas dan tanggung jawab baru muncul dan kebiasaan lama perlu diubah atau ditambah dengan yang baru. Ibu dan ayah, orang tua harus mengenali hubungan mereka dengan bayinya. Bayi perlu perlindungan, perawatan dan sosialisasi. Periode ini ditandai oleh masa pembelajaran yang intensif dan tuntutan untuk mengasuh. Lama periode ini bervariasi, tetapi biasanya berlangsung selama kira-kira empat minggu.

Periode berikutnya mencerminkan satu waktu untuk bersama-sama membangun kesatuan keluarga. Periode waktu meliputi peran negosiasi (suami-istri, ibu-ayah, saudara-saudara) orang tua mendemonstrasikan kompetensi yang semakin tinggi dalam menjalankan aktivitas merawat bayi dan menjadi lebih sensitif terhadap makna perilaku bayi. Periode berlangsung kira-kira selama 2 bulan.

  1. Tugas dan Tanggung Jawab Orangtua

Tugas pertama orang tua adalah mencoba menerima keadaan bila anak yang dilahirkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Karena dampak dari kekecewaan ini dapat mempengaruhi proses pengasuhan anak.

Walaupun kebutuhan fisik terpenuhi, tetapi kekecewaan tersebut akan menyebabkan orang tua kurang melibatkan diri secara penuh dan utuh. Bila perasaan kecewa tersebut tidak segera diatasi, akan membutuhkan waktu yang lama untuk dapat menerima kehadiran anak yang tidak sesuai dengan harapan tersebut.

Orang tua perlu memiliki keterampilan dalam merawat bayi mereka, yang meliputi kegiatan-kegiatan pengasuhan, mengamati tanda-tanda komunikasi yang diberikan bayi untuk memenuhi kebutuhannya serta bereaksi secara cepat dan tepat terhadap tanda-tanda tersebut.

Berikut ini adalah tugas dan tanggung jawab orang tua terhadap bayinya, antara lain:

  • Orang tua harus menerima keadaan anak yang sebenarnya dan tidak terus terbawa dengan khayalan dan impian yang dimilikinya tentang figur anak idealnya. Hal ini berarti orang tua harus menerima penampilan fisik, jenis kelamin, temperamen dan status fisik anaknya.
  • Orang tua harus yakin bahwa bayinya yang baru lahir adalah seorang pdibadi yang terpisah dari diri mereka, artinya seseorang yang memiliki banyak kebutuhan dan memerlukan perawatan.
  • Orang tua harus bisa menguasai cara merawat bayinya. Hal ini termasuk aktivitas merawat bayi, memperhatikan gerakan komunikasi yang dilakukan bayi dalam mengatakan apa yang diperlukan dan member respon yang cepat
  • Orang tua harus menetapkan criteria evaluasi yang baik dan dapat dipakai untuk menilai kesuksesan atau kegagalan hal-hal yang dilakukan pada bayi.
  • Orang tua harus menetapkan suatu tempat bagi bayi baru lahir di dalam keluarga. Baik bayi ini merupakan yang pertama atau yang terakhir, semua anggota keluarga harus menyesuaikan peran mereka dalam menerima kedatangan bayi.

Dalam menunaikan tugas dan tanggung jawabnya, harga diri orang tua akan tumbuh bersama dengan meningkatnya kemampuan merawat/mengasuh bayi. Oleh sebab itu bidan perlu memberikan bimbingan kepada si ibu, bagaimana cara merawat bayinya, untuk membantu mengangkat harga dirinya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi orang tua pada masa post partum adalah :

  • Respon dan dukungan dari keluarga dan teman
  • Hubungan dari pengalaman melahirkan terhadap harapan dan aspirasi
  • Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lalu
  • Pengaruh budaya

D. MASA ADAPTASI IBU DALAM MASA NIFAS

Ada tiga fase dalam masa adaptasi peran pada masa nifas, antara lain adalah:

  1. Fase dependent
    Pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan, ketergantungan ibu sangat menonjol. Pada saat ini ibu mengharapkan segala kebutuhannya dapat dipenuhi oleh orang lain. Rubin (1991) menetapkan periode beberapa hari ini sebagai fase menerima yang disebut dengan taking in phase. Dalam penjelasan klasik Rubin, fase menerima ini berlangsung selama 2 sampai 3 hari.
  • Ia akan mengulang-ulang pengalamannya waktu bersalin dan melahirkan.
  • Pada saat ini, ibu memerlukan istirahat yang cukup agar ibu dapat menjalan masa nifas selanjutnya dengan baik.
  • Membutuhkan nutrisi yang lebih, karena biasanya selera makan ibu menjadi bertambah. Akan tetapi jika ibu kurang makan, bisa mengganggu proses masa nifas.
  1. Fase independent

Pada ibu-ibu yang mendapat perawatan yang memadai pada hari-hari pertama setelah melahirkan, maka pada hari kedua sampai keempat mulai muncul kembali keinginan untuk melakukan berbagai aktivitas sendiri. Di satu sisi ibu masih membutuhkan bantuan orang lain tetapi disisi lain ia ingin melakukan aktivitasnya sendiri. Dengan penuh semangat ia belajar mempraktekkan cara-cara merawat bayi. Rubin (1961) menggambarkan fase ini sebagai fase taking hold.

Pada fase taking hold, ibu berusaha keras untuk menguasai tentang ketrampilan perawatan bayi, misalnya menggendong, menyusui, memandikan dan memasang popok. Pada masa ini ibu agak sensitive dan merasa tidak mahir dalam melakukan hal-hal tsb, cenderung menerima nasihat bidan atau perawat karena ia terbuka untuk menerima

pengetahuan dan kritikan yang bersifat pribadi. Pada tahap ini Bidan penting memperhatikan perubahan yang mungkin terjadi.

Pada beberapa wanita yang sulit menyesuaikan diri dengan perannya, sehingga memerlukan dukungan tambahan. Hal ini dapat ditemukan pada :

  • Orang tua yang baru melahirkan untuk pertama kali dan belum pernah mempunyai pengalaman mengasuh anak
  • Wanita karir
  • Wanita yang tidak mempunyai keluarga atau teman dekat untuk membagi suka dan duka
  • Ibu dengan anak yang sudah remaja
  • Single parent
  1. Fase interdependent

Periode ini biasanya terjadi “after back to home” dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga. Ibu akan mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi, ia harus beradaptasi dengan kebutuhan bayi yang sangat tergantung, yang menyebabkan berkurangnya hak ibu, kebebasan dan hubungan sosial.

Pada fase ini, kegiatan-kegiatan yang ada kadang-kadang melibatkan seluruh anggota keluarga, tetapi kadang-kadang juga tidak melibatkan salah satu anggota keluarga. Misalnya, dalam menjalankan perannya, ibu begitu sibuk dengan bayinya sehingga sering menimbulkan kecemburuan atau rasa iri pada diri suami atau anak yang lain.

Pada fase ini harus dimulai fase mandiri (letting go) dimana masing-masing individu mempunyai kebutuhan sendiri-sendiri, namun tetap dapat menjalankan perannya dan masing-masing harus berusaha memperkuat relasi sebagai orang dewasa yang menjadi unit dasar dari sebuah keluarga.

E. MASA TRANSISI PADA IBU MASA NIFAS

Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang juga mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari psikisnya. Ia mengalami stimulasi kegembiraan yang luar biasa, menjalani proses ekplorasi dan similasi terhadap bayinya, berada dibawah tekanan untuk dapat menyerap pembelajaran yang diperlukan tentang apa yang harus diketahuinya dan perawatan untuk bayinya, dan merasa tanggung jawab yang luar sekarang untuk menjadi seorang ibu. Tidak mengherankan bila ibu mengalami sedikit perubahan perilaku dan sesekali merasa kerepotan. Masa ini adalah masa retan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran.

Reva Rubin membagi periode ini menjadi 3 bagian, antara lain:

a. Periode “Taking In”

  1. Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan tubuhnya.
  2. Ia mungkin akan mengulang-mengulang menceritakan pengalamannya waktu melahirkan.
  3. Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mengurangi gangguan kesehatan akibat kurang istirahat.
  4. Peningkataan nutrisi dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan dan penyembuhan luka, serta persiapan proses laktasi aktif.
  5. Dalam memberi asuhan, bidan harus dapat memfasilitasi kebutuhan psikologis ibu. Pada tahan ini, bidan dapat menjadi pendengar yang baik ketika ibu menceritakan pengalamannya. Berikan juga dukungan mental atau apresiasi atas hasil perjuangan ibu sehingga dapat berhasil melahirkan anaknya. Bidan harus dapat menciptakan suasana yang nyaman bagi ibu sehingga ibu dapat dengan leluasa dan terbuka mengemukan permasalahan yang dihadapi pada bidan. Dalam hal ini, sering terjadi kesalahan dalam pelaksanaan perawatan yang dilakukan oleh pasien terhadap dirinya dan bayinya hanya karena kurangnya jalinan komunikasi yang baik antara pasien dan bidan.

b. Periode “Taking Hold”

  1. Periode ini berlangsung pada hari ke 2-4 post partum.
  2. Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orang tua yang sukses dan meningkatkan tanggung jawabterhadap bayi.
  3. Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, BAB, BAK, serta kekuatan dan ketahanan tubuhnya.
  4. Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan perawatan bayi, misalnya menggendong, memandikan, memasang popok, dan sebagainya.
  5. Pada masa ini, ibu biasanya agak sensitif dan merasa tidak mahir dalam melakukan hal-hal tersebut.
  6. Pada tahan ini bidan, bidan arus tanggap terhadap kemungkinan perubahan yang terjadi.
  7. Tahan ini merupakan waktu yang tepat bagi bidan untuk memberikan bimbingan cara perawatan bayi, namun harus selalu diperhatikan teknik bimbingannya, jangan sampai menyinggung perassaan atau membuat perasaan ibu tidak nyaman karena ia sangat sensitif. Hindari kata “jangan begitu” atau “kalau kayak gitu salah” pada ibu karena hal itu akan sangat menyakiti perasaannya dan akibatnya ibu akan putus asa untuk mengikuti bimbingan yang bidan berikan.

c. Periode “Letting Go”

  1. Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Periode ini pun sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga.
  2. Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi dan ia harus beradaptasi dengan segala kebutuhan bayi yang sangat tergantung padanya. Hal ini menyebabkan berkurangnya hak ibu, kebebasan, dan hubungan sosial.
  3. Depresi post partum umunya terjadi pada periode ini

Faktor-faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi orang tua pada saat post partum, antara lain:

  1. Respon dan dukungan keluarga dan teman

Bagi ibu post partum, apalagi pada ibu yang baru pertama kali melahirkan akan sangat membutuhkan dukungan orang-orang terdekatnya karena ia belum sepenuhnya berada pada kondisi stabil, baik fisik maupun psikologisnya. Ia masih sangat asing dengan perubahan peran barunya yang begitu dantastis terjadi dalam waktu yang begitu cepat, yaitu peran sebagai seorang “ibu” . Dengan respon positif dari lingkungan, akan mempercepat proses adaptasi peran ini sehingga akan memudahkan bagi bidan untuk memberikan asuhan yang sehat.

  1. Hubungan dari pengalaman melahirkan terhadap harapan dan aspirasi

Hal yang dialami oleh ibu ketika melahirkan akan sangat mewarnai alam perasaannya terhadap perannya sebagai ibu. Ia akhirnya menjadi tahu bahwa begitu beratnya bayinya dan hal tersebut akan memperkaya pengalaman hidupnya untuk lebih dewasa. Banyak kasus terjadi, setelah seorang ibu melahirkan anaknya yang pertama, ia akan bertekad untuk lebih meningkatkan kualitas hubungannya dengan ibunya.

  1. Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lalu

Walaupun kali ini adalah bukan lagi pengalamannya yang pertama melahirkan bayinya, namun kebutuhan untuk mendapatkan dukungan positif dari lingkungannya tidak berbeda dengan ibu yang baru melahirkan anak pertama. Hanya perbedaannya adalah teknik penyampaian dukungan yag diberikan lebih kepada support  dan apresisasi dari keberhasilannya dalam melewati saat-saat sulit pada persalinannya yang lalu.

  1. Pengaruh budaya

Adanya adat-istiadat yang dianut oleh lingkungan dan keluarga sedikt banyak akan mempengaruhi keberhasilan ibu dalam melewati saat transisi ini. Apalagi jika hal yang tidak sinkron antara arahan dari tenaga kesehatan dengan budaya yang dianut. Dalam hal ini, bidan harus bijaksana dalam menyikapi, namun tidak mengurangi kualitas asuhan yang harus diberikan. Keterlibatan keluarga dari awal dalam menentukan bentuk asuhan dan perawatan yang harus diberikan pada ibu dan bayi akan memudahkan bidan dalam pemberian asuhan.

 BAB III
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian dari Urbayatun (2010), ada hubungan negatif antara dukungan sosial dengan kecenderungan depresi postpartum pada ibu primipara, semakin tinggi tingkat dukungan sosial, maka semakin rendah kecenderungan depresi postpartum pada ibu primipara dan semakin rendah tingat dukungan sosial maka semakin tinggi tingkat kecenderungan depresi postpartum pada ibu primipara.

Adanya hubungan negatif antara kedua variabel dapat diterangkan sebagai berikut, pertama diantara faktor-faktor yang memicu terjadinya depresi postpartum adalah faktor dari luar (eksternal) maupun faktor dari dalam (kondisi psikologis) perempuan. Terjadinya depresi yang diakibatkan oleh stressor dari luar adalah gempa bumi. Seorang ibu yang mempunyai pengalaman merasakan kehebatan gempa tentu ikut menanggung derita yang dialami keluarganya.

Faktor psikologis memberi pengaruh besar pada wanita postpartum karena terjadi perubahan besar dalam hidupnya. Perubahan yang dialami menimbulkan kebingungan, ketakutan dan kekecewaan pada wanita postpartum. Tanpa adanya dukungan sosial wanita postpartum akan mengalami kesulitan dalam menghadapi masa-masa postpartum. Wanita postpartum merasa sendiri dan tidak ada yang mendukungnya dalam menghadapi masa postpartum, sehingga kebingungan, kekecewaan dan ketakutan wanita postpartum dapat meningkat. Sebaliknya wanita postpartum yang mendapatkan dukungan sosial dari lingkungan akan lebih mudah menghadapi masa pasca kelahiran. Wanita postpartum merasa ditemani dalam menghadapi masa pasca melahirkan sehingga keadaan ini dapat mengurangi tekanan yang timbul pada masa pasca kelahiran.

Dukungan sosial memberi pengaruh dalam mengurangi depresi yang dihadapi wanita pada masa postpartum. Wanita yang merasa dihargai, diperhatikan, dan dicintai oleh keluarganya tentunya tidak akan merasa dirinya kurang bergharga, sehingga salah satu ciri dari seseorang menderita depresi dapat dihambat. Wanita yang kurang mendapatkan dukungan sosial tentunya akan lebih mudah merasa dirinya tidak berharga dan kurang dikperhatikan oleh keluarga, sehingga wanita yang kurang mendapatkan dukungan sosial pada masa postpartum lebih mudah mengalami depresi.

Bagi keluarga terutama suami dan lingkungan sekitarnya hasil penelitian menunjukkan dukungan sosial berkategori sangat tinggi sehingga perlu dipertahankan pada masa yang akan datang karena dukungan sosial yang  tinggi lebih menekan angka depresi postpartum pada ibu primipara.

Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kecenderungan depresi postpartum pada ibu primipara antara lain: faktor kontitusional, faktor fisik, faktor psikologis, ataupun faktor psikososial lainnya. 

BAB IV
PENUTUP

  1. KESIMPULAN
  • Masa nifas (Puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama kira-kira 6 minggu, atau masa nifas adalah masa yang dimulai dari beberapa jam setelah lahir plasenta sampai 6 minggu berikutnya.
  • Depresi postpartum mungkin saja berkembang menjadi postpartum psikoksis, walaupun jarang terjadi. Hal tersebut merupakan penyakit yang sangat serius dan semua gejala depresi postpartum dialami oleh mereka yang menderita postpartum psikoksis serta bisa sampai melukai diri sendiri, bahkan membunuh anak-anaknya.
  • Dukungan sosial memberi pengaruh dalam mengurangi depresi yang dihadapi wanita pada masa postpartum. Wanita yang merasa dihargai, diperhatikan, dan dicintai oleh keluarganya tentunya tidak akan merasa dirinya kurang bergharga, sehingga salah satu ciri dari seseorang menderita depresi dapat dihambat. Wanita yang kurang mendapatkan dukungan sosial tentunya akan lebih mudah merasa dirinya tidak berharga dan kurang dikperhatikan oleh keluarga, sehingga wanita yang kurang mendapatkan dukungan sosial pada masa postpartum lebih mudah mengalami depresi.
  • Semakin tinggi tingkat dukungan sosial, maka semakin rendah kecenderungan depresi postpartum pada ibu primipara dan semakin rendah tingat dukungan sosial maka semakin tinggi tingkat kecenderungan depresi postpartum pada ibu primipara.

 REFERENSI

Armini Wayan. 29 Oktober 2012. Hand Out Perubahan Psikologi Masa Nifas dan Menyusui. Diakses di midwifescience.wordpress.com pada tanggal 25 Oktober 2013

Bahiyatun. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC

Saleha Siti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Penerbit salemba Medika

Urbayatun Siti. 2 agustus 2010. “Dukungan Soaial dan Kecenderungan Depresi Postpartum pada Ibu Primipara di daerah Gempa Bantul”. Humanitas.Vol. VII No2.

My LTA (Laporan Tugas Akhir) : Asuhan Kebidanan Koprehensif

download

Laporan Tugas Akhir (LTA) adalah suatu karya tulis ilmiah, berupa paparan tulisan hasil Praktek Kerja yang membahas pelaksanaan praktek kerja mahasiswa, dilakukan di Institusi Pemerintah atau Swasta  secara terperinci sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni.

Pada akhir studi program Diploma III, mahasiswa diwajibkan melakukan penyusunan dan penulisan Laporan Tugas Akhir, dengan ketentuan dan peraturan Perguruan Tinggi.

Laporan tugas akhir mahasiswa diploma III kebidanan disusun oleh mahasiswa semester VI, berupa karya tulis ilmiah tentang pelaksanaan asuhan kebidanan berkelanjutan (continuity of care/COC) kepada ibu dan bayi mulai saat kehamilan sampai masa nifas  (ANC,INC,PNC,BBL,Neonatus dan KB) dengan menggunakan pendekatan kerangka pikir manajemen kebidanan ( Varney atau Kompetensi bidan sesuai Kep men Kes no 369 tahun 2007)

Dasar hukum Laporan Tugas Akhir (LTA):

Permendikbud : no 49 tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT) pasal 46.ayat 5 laporan tugas akhir,skripsi,tesis,atau disertasi diatur berdasarkan ketentuan dan peraturan di PT.

Tujuan LTA :

Mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata didalam penerapan asuhan kebidanan berkelanjutan, sebagai syarat menyelesaikan proses pendidikan DIII Kebidanan.


Silahkan download di bawah ini contoh dari penyusunan Laporan Tugas Akhir (LTA):

laporan-tugas-akhir-lta-isma-nuraini